Berikut ini adalah sebuah kisah tentang bagaimana Warren Buffett bertahan dalam kepanikan. Saat gelembung dot-com jatuh pada awal tahun 2000-an, perusahaan Buffett, Berkshire Hathaway, melakukan investasi secara besar-besaran di sebuah perusahaan asuransi yang sedang kesulitan, yaitu, Geico. Pada saat itu, orang-orang melakukan hal yang sebaliknya, penjualan yang panik (panic selling). Namun, kemampuan Buffett untuk tetap tenang selama masa-masa volatilitas pasar pada akhirnya membuahkan hasil.
Jika Anda seorang pedagang berpengalaman, Anda pasti pernah mengalami situasi seperti ini. Jika Anda baru memulai, pastikan Anda juga akan menghadapi pilihan sulit yang diliputi dengan rasa emosi. Dalam kedua kasus tersebut, akan sangat bermanfaat untuk membahas bagaimana emosi dapat memengaruhi pengambilan keputusan Anda dan memanfaatkan rasa takut dan keserakahan sebagai pedagang.
Penyebab kepanikan, ketakutan, dan keserakahan
Panik, takut, dan serakah adalah emosi yang umum dialami oleh para pedagang dan investor. Langkah pertama untuk mengurangi dampaknya terhadap pengambilan keputusan Anda adalah dengan cara memahami dari mana asalnya.
Peristiwa mendadak dan tak terduga yang dapat menyebabkan perubahan signifikan di pasar cenderung memicu kepanikan. Contohnya, bencana alam, gejolak politik, atau penurunan nilai saham perusahaan secara tiba-tiba. Setiap situasi ini dapat membuat investor panik dan melepas asetnya.
Ketakutan dapat disebabkan oleh ketidakpastian. Jika Anda tidak yakin dengan arah pasar atau aset tertentu di masa depan, wajar jika Anda merasa takut. Risiko kehilangan uang akan menambah rasa takut tersebut.
Terakhir, Anda mungkin merasa serakah saat melihat peluang menghasilkan profit yang signifikan. Asumsi ini bisa jadi benar, tetapi sebagian besar berasal dari harapan.
Apa hal terburuk yang dapat terjadi?
Emosi bisa menjadi teman sekaligus musuh dalam situasi kehidupan apa pun. Untuk tujuan dari artikel ini, mari kita konkritkan skenario negatif untuk mewaspadai kerusakan.
Ketika rasa takut melanda
Ketika Anda memiliki terlalu banyak rasa takut dalam berdagang, inilah yang bisa terjadi:
- Peluang yang terlewatkan – Anda mungkin ragu atau menghindari mengambil risiko, sehingga melewatkan perdagangan yang berpotensi menguntungkan.
- Menjual terlalu cepat – Ketakutan juga dapat menyebabkan kecenderungan untuk menjual aset Anda terlalu cepat untuk meminimalkan kerugian.
- Terlalu banyak menganalisis – Ketika rasa takut muncul, Anda mungkin menjadi lumpuh oleh keraguan dan gagal menjalankan strategi Anda.
- Kehilangan kepercayaan diri – Hal ini dapat berdampak negatif pada kehidupan Anda, mulai dari keputusan yang profesional hingga situasi pribadi.
Konsekuensi negatif dari keserakahan
Inilah yang terjadi ketika keserakahan menjadi pendorong utama dalam pengambilan keputusan perdagangan:
- Perdagangan impulsif – Ini berarti membeli aset tanpa melakukan riset yang tepat atau menahan posisi terlalu lama, dengan harapan mendapatkan profit lebih banyak.
- Perdagangan berlebihan – Terlalu banyak perdagangan dalam waktu yang singkat adalah cara untuk biaya transaksi yang lebih tinggi dan peningkatan risiko.
- Kehilangan perspektif – Keserakahan dapat membuat Anda tidak dapat melihat segala sesuatu secara objektif atau jelas.
- Reputasi yang rusak – Dalam kasus yang ekstrim, keserakahan mengarah pada perilaku yang tidak etis atau ilegal. Jika hal itu terjadi, Anda mungkin berurusan dengan reputasi yang rusak di pasar dan bahkan konsekuensi hukum.
Cara mengendalikan emosi untuk kinerja yang lebih baik
Ikuti saran ini untuk mengendalikan rasa takut dan keserakahan:
- Tetapkan ekspektasi yang realistis – Dengan cara ini, pedagang dapat mempersiapkan diri secara mental dan emosional untuk menghadapi tantangan perdagangan.
- Gunakan analisis teknikal – Bila Anda mengandalkan data dan analisis, bukan emosi, di saat situasi memanas, Anda akan lebih mudah mengenali tren, pola, serta level support dan resistance di pasar secara akurat.
- Gunakan rasio risiko/imbalan- Ini akan membantu Anda menyeimbangkan keinginan untuk mendapatkan keuntungan dan toleransi risiko. Selama Anda berpegang pada rasio yang sudah ditentukan sebelumnya, kemungkinan besar Anda tidak akan melampaui batas.
- Merencanakan skenario yang tidak menguntungkan – Meskipun Anda tidak ingin membayangkan skenario terburuk, dorong diri Anda untuk mengantisipasi potensi masalah dan kembangkan rencana darurat. Hal ini akan mengurangi rasa ketidakpastian.
- Belajar dari kesalahan – Rasa takut dan keserakahan terkadang masih merayap dan menyebabkan kesalahan yang merugikan. Luangkan waktu untuk merenungkan keputusan Anda dan apa yang memicu Anda bertindak secara emosional.
Cara mendapatkan keuntungan dari kepanikan orang lain
Saat orang lain panik, Anda masih bisa menjadi pemenang. Pertama-tama, Anda harus tetap tenang dan berpikir jernih sambil menunggu peluang yang tepat.
Selama kepanikan pasar saham, banyak saham berkualitas yang mungkin oversold dan diperdagangkan dengan harga diskon. Tujuan Anda adalah mengidentifikasi perusahaan dengan fundamental kuat, karena kemungkinan besar akan rebound dalam jangka panjang. Skenario sebaliknya, ketika harga saham naik dengan cepat saat terjadi kepanikan, mungkin akan meningkat secara artifisial dan dapat jatuh dengan cepat.
Bersiaplah untuk menunggu pasar stabil sebelum mengambil langkah yang serius. Sementara itu, terus pantau tren pasar dan tetapkan limit order untuk membeli aset pada harga yang telah ditentukan.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, dengan mengubah cara pandang dan mengambil langkah yang proaktif, Anda tidak hanya dapat bertahan dalam masa-masa sulit, tetapi juga berkembang di dalamnya.
Ketika sesuatu yang “buruk” terjadi, respon alami Anda mungkin tidak menguntungkan. Alih-alih menyerah pada kepanikan, ketakutan, atau keserakahan, manfaatkanlah emosi ini dan hadapi ketidakpastian dengan kepercayaan diri yang lebih besar. Selain itu, Anda akan lebih mungkin mengubah perubahan pasar yang tiba-tiba menjadi pergerakan yang menguntungkan.
Sumber:
Trading psychology: why the mind matters in making money, Investopedia
Fear and greed: what drives human behavior? CXL
The history and psychology of panic-selling, Lazard Asset Management