Hiperinflasi
Hiperinflasi adalah peningkatan yang parah dan cepat pada tingkat harga umum barang dan jasa dalam suatu ekonomi, yang mengakibatkan penurunan tajam dalam daya beli mata uang lokal. Hal ini biasanya didefinisikan sebagai tingkat inflasi bulanan sebesar 50% atau lebih dan sering ditandai dengan gangguan total dalam fungsi normal ekonomi.
Hiperinflasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk penciptaan uang yang berlebihan oleh bank sentral, hilangnya kepercayaan mata uang secara tiba-tiba, atau penurunan tajam dalam pasokan barang dan jasa karena perang, bencana alam, atau gangguan lainnya. Dalam banyak kasus, hiperinflasi adalah siklus yang memperkuat diri sendiri, karena depresiasi mata uang yang cepat menyebabkan kenaikan harga lebih lanjut dan hilangnya kepercayaan terhadap perekonomian.
Konsekuensi dari hiperinflasi dapat menghancurkan individu, bisnis, dan ekonomi secara keseluruhan. Karena nilai mata uang menurun dengan cepat, orang mungkin kehilangan tabungannya, berjuang untuk membeli barang dan jasa pokok, dan menghadapi ketidakpastian tentang prospek ekonomi masa depan mereka. Hiperinflasi juga dapat menyebabkan keresahan sosial yang meluas dan ketidakstabilan politik.
Untuk memerangi hiperinflasi, pemerintah dan bank sentral dapat mengambil berbagai tindakan, seperti pengetatan kebijakan moneter, pengendalian harga, atau memperkenalkan mata uang baru. Namun, langkah-langkah ini sulit diterapkan dan mungkin tidak selalu efektif dalam menghentikan depresiasi mata uang yang cepat.
Hiperinflasi telah terjadi di sejumlah negara sepanjang sejarah, termasuk Jerman pada 1920-an, Zimbabwe pada 2000-an, dan Venezuela pada 2010-an. Sementara hiperinflasi relatif jarang terjadi di negara maju, hal itu tetap menjadi perhatian di negara-negara dengan kondisi politik dan ekonomi yang tidak stabil atau tingkat utang yang tinggi.