Secara kolektif, konsumen dapat memberikan dampak positif saat berbelanja, tetapi itu belum terlalu umum. Negara-negara seperti Denmark, Swedia, dan Norwegia sering diakui sebagai yang terdepan dalam praktik konsumsi yang berkelanjutan dan etis. Norwegia adalah negara pertama di dunia di mana penjualan mobil listrik mengalahkan mobil tradisional. Pada tahun 2020, mobil listrik menyumbang lebih dari 54% dari seluruh penjualan mobil baru di negara tersebut.
Konon, conscious consumer adalah konsep yang terlalu luas untuk dipersempit menjadi EV atau bahkan lingkungan saja. Mari kita bahas topik conscious consumerism secara lebih dalam dan pelajari cara membuat pilihan tepat saat berbelanja.
Apa itu conscious consumer
Conscious consumer adalah seseorang yang bertanggung jawab atas keputusan pembelian mereka.
Menjadi conscious consumer berarti membuat pilihan yang disengaja dan tepat tentang apa yang Anda beli dan konsumsi. Itu berarti mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dari pilihan Anda. Tapi itu tidak mudah. Dibutuhkan kemauan untuk mengajari diri sendiri tentang dampak dari pilihan konsumsi dan komitmen yang luar biasa untuk melakukan perubahan.
Istilah ini telah ada selama beberapa dekade, meskipun semakin terkenal dalam beberapa tahun terakhir. Dulu, hal itu hanya dibahas oleh para pecinta lingkungan dan akademisi. Mereka mempelajari dan mempromosikan gagasan conscious consumerism jauh sebelum memasuki lingkaran yang lebih luas.
Sekarang, pembuat kebijakan dan orang biasa bergabung dalam diskusi. Beberapa sudah mengambil tindakan. Misalnya, beberapa pemerintah memperkenalkan peraturan untuk mengurangi limbah, sementara yang lain memberikan insentif bagi perusahaan untuk menerapkan praktik produksi yang berkelanjutan.
Mengapa sekarang adalah era conscious consumer?
Ada beberapa faktor yang mendorong popularitas conscious consumerism dalam beberapa tahun terakhir:
- Meningkatnya kesadaran akan masalah lingkungan dan sosial: Munculnya internet dan media sosial berarti akses informasi yang mudah, yang pada gilirannya memungkinkan orang untuk belajar dengan cepat dan mudah. Populasi umum menjadi sadar bagaimana pilihan sehari-hari mempengaruhi dunia.
- Mengubah nilai-nilai budaya: Ada penekanan yang lebih besar pada menjalani kehidupan yang bermakna dan terarah. Ini menjelaskan pergeseran fokus menuju kesejahteraan, komunitas, dan keberlanjutan.
- Munculnya conscious businesses: Menanggapi permintaan konsumen, banyak bisnis sekarang memprioritaskan nilai-nilai yang dibagikan oleh audiens target mereka. Konsumen mendukung perusahaan yang membuat perbedaan positif, dan perusahaan ini melihat peningkatan pendapatan.
Komponen utama dari praktik conscious consumerism
Jika Anda ingin menjadi conscious consumer atau mendukung conscious consumerism sebagai bagian dari dunia korporat, pertimbangkan hal berikut:
Pendidikan dan pengetahuan
Di dunia di mana informasi tersedia setiap saat, konsumen yang sadar harus memanfaatkan ini.
Pendidikan dan pengetahuan membantu konsumen memahami dampak dari daya beli mereka. Misalnya, dengan tetap mengetahui isu-isu global (perubahan iklim, hak asasi manusia, dan kesejahteraan hewan) dan meneliti jejak karbon produk, mereka menjadi lebih siap untuk membuat pilihan yang lebih baik.
Produksi yang layak dan berkelanjutan
Jadi, Anda memiliki informasi tentang bagaimana suatu produk dibuat dan dari mana asalnya. Ini adalah salah satu bagian dari teka-teki tentang implikasi sosial dan lingkungan dari produksinya. Ada baiknya jika produk dibuat dari bahan yang ramah lingkungan, seperti kapas organik, bambu, atau plastik daur ulang.
Pertimbangan lain adalah apakah perusahaan memprioritaskan praktik ketenagakerjaan yang adil dan memperlakukan pekerjanya dengan bermartabat dan hormat.
Pengurangan limbah
Conscious consumer memilih produk yang dikemas secara minimal dan memilih tas dan wadah yang dapat digunakan kembali daripada plastik sekali pakai. Mereka juga memastikan bahwa mereka mendaur ulang dan membuat kompos sampah dengan benar. Secara keseluruhan, mereka berusaha mengalihkan sampah dari tempat pembuangan sampah sebanyak mungkin.
Kesadaran dalam konsumsi
Konsumsi yang penuh kesadaran adalah tentang mempertimbangkan dengan cermat kebutuhan Anda sebelum melakukan pembelian. Jika Anda terpaksa membeli sesuatu, Anda mungkin benar-benar membutuhkannya. Dalam kasus lain, Anda mungkin tergoda untuk membeli secara impulsif.
Conscious consumers tidak boleh menjadi mangsa mode cepat dan tren sekali pakai. Sebaliknya, mereka harus memprioritaskan produk berkualitas tinggi yang dibuat untuk bertahan lama. Tidak hanya meminimalkan jejak lingkungan mereka, tetapi juga menghemat uang mereka dalam jangka panjang.
Apa yang perlu Anda ketahui tentang greenwashing
Beberapa perusahaan menggunakan greenwashing sebagai taktik pemasaran yang menipu untuk menyesatkan konsumen. Perusahaan-perusahaan ini ingin orang percaya bahwa produk mereka ramah lingkungan dan berkelanjutan secara keseluruhan padahal sebenarnya tidak.
Greenwashing, istilah yang diciptakan oleh ahli lingkungan Jay Westerveld, adalah ketika sebuah perusahaan menghabiskan lebih banyak waktu dan uang untuk mengiklankan keramahan lingkungannya daripada benar-benar mengurangi dampak lingkungannya. Istilah itu lahir dari momen ironi dan frustasi. Westerveld terinspirasi oleh gerakan Save the Towel di hotel, yang mendorong para tamu untuk menggunakan kembali handuk mereka tetapi tidak menghasilkan apa-apa.
Ini tidak hanya menyesatkan tetapi juga dapat memiliki konsekuensi negatif yang nyata. Misalnya, kampanye People Do yang terkenal oleh Chevron mengiklankan dedikasi perusahaan terhadap lingkungan. Namun kenyataannya, secara konsisten melanggar beberapa undang-undang lingkungan (UU Udara Bersih dan Undang-Undang Air Bersih) dan menumpahkan minyak ke suaka margasatwa.
Taktik greenwashing Chevron bukanlah hal yang unik di dunia korporat. Raksasa kimia DuPont juga memiliki kampanye iklan yang mencolok, dan ini pernah menampilkan hewan laut menari berbarengan dengan Beethoven’s Ode to Joy. Tetapi kenyataannya jauh dari menggembirakan – pada tahun yang sama, DuPont adalah pencemar korporat terbesar di Amerika Serikat. Ini berfungsi sebagai pengingat yang jelas bahwa conscious consumer perlu waspada.
Apa yang harus dilakukan jika Anda baru mengenal conscious consumerism
Jika Anda tidak tahu harus mulai dari mana, pilih merek tertentu yang selaras dengan nilai-nilai Anda. Anda dapat memulai dengan sejumlah kecil perusahaan; misalnya, satu untuk setiap kategori utama – pakaian, furnitur, transportasi, perawatan pribadi, dll. Kemudian Anda dapat meningkatkannya.
Ada banyak sekali sumber daya online yang menyoroti perusahaan yang memiliki misi keberlanjutan, menggunakan bahan ramah lingkungan, dan memprioritaskan praktik ketenagakerjaan yang adil. Katakanlah Anda memilih sepuluh perusahaan yang Anda yakini. Saat Anda mendukung mereka dan membeli produk mereka, perlahan-lahan Anda akan mempelajari apa yang membuat mereka “baik”. Seiring waktu, Anda akan dapat mengenali produk berkelanjutan tanpa berkonsultasi dengan internet – hanya dari pengalaman dan praktik.
Perlu diingat bahwa semua ini harus dilakukan secara bertahap daripada tiba-tiba. Membuat perubahan drastis pada kebiasaan konsumsi Anda bisa membuat Anda kewalahan, tetapi kemungkinan besar, Anda akan menyerah begitu saja. Lagi pula, keberlanjutan penting jika Anda menaatinya dalam jangka panjang.
Contoh conscious brand (kesadaran merek)
Tidak cukup waktu dan ruang untuk artikel ini untuk mencantumkan semua perusahaan yang berjanji untuk lebih berkelanjutan dan etis dalam praktiknya. Namun demikian, mari kita lihat beberapa contoh:
- Patagonia adalah merek pakaian yang menggunakan bahan ramah lingkungan dan telah menerapkan inisiatif untuk mengurangi jejak karbonnya.
- Allbirds memproduksi sepatu dari bahan yang berkelanjutan, seperti botol plastik daur ulang dan wol merino.
- The Body Shop menggunakan bahan-bahan yang bersumber secara layak dalam produk kecantikannya dan bahan daur ulang dalam kemasannya.
- Seventh Generation menggunakan bahan nabati dan biodegradable dalam produk pembersih rumah tangga dan perawatan pribadi mereka.
- Beyond Meat menciptakan alternatif daging nabati yang dirancang agar terlihat, dimasak, dan terasa seperti daging asli.
- Reformation adalah brand pakaian yang memiliki inisiatif untuk mengurangi limbah, seperti menggunakan kain deadstock dan menggunakan kembali pakaian vintage.
Batasan conscious consumerism
Salah satu kritik umum adalah bahwa tanggung jawab untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan seharusnya tidak hanya dibebankan pada konsumen. Kritikus berpendapat bahwa tanpa perubahan dan regulasi sistemik, konsumerisme sadar tidak lebih dari solusi bantuan untuk masalah yang lebih besar dan lebih kompleks. Mungkin harus ada penekanan yang lebih besar pada perusahaan dan pemerintah.
Beberapa juga berpendapat bahwa konsumerisme sadar adalah pilihan istimewa. Ini mengasumsikan bahwa konsumen memiliki waktu, sumber daya, dan pengetahuan untuk meneliti dan memilih produk yang sesuai dengan nilai mereka. Misalnya, memilih produk organik atau pakaian yang dibuat secara etis. Selain itu, tidak semua orang memiliki akses yang sama terhadap informasi.
Terlepas dari kritik ini, banyak yang percaya bahwa setiap tindakan kecil dapat membuat perbedaan dalam jangka panjang.
Apakah penting jika orang memiliki kesadaran dalam mengkonsumsi?
Ya, dan ini adalah perubahan yang diperlukan dalam pendekatan konsumsi modern. Dengan keadaan planet saat ini, semakin jelas bahwa orang tidak dapat terus mengonsumsi dengan kecepatan yang sama. Setidaknya jika mereka tidak ingin menghadapi konsekuensi lingkungan dan sosial yang serius.
Bahkan ada keuntungan pribadi. Ketika Anda membuat pilihan yang disengaja tentang apa yang Anda beli dan konsumsi, Anda mulai merasa lebih mengendalikan hidup Anda. Itu juga mengurangi perasaan bersalah atau kecemasan terkait dengan dampak pilihan Anda. Dengan memilih produk yang selaras dengan nilai dan keyakinan Anda, Anda dapat merasakan kepuasan dan tujuan.
Sebuah daftar untuk conscious consumer
Untuk membantu Anda menjadi konsumen yang lebih sadar, berikut adalah daftar yang harus Anda lalui saat membuat keputusan pembelian:
- Luangkan waktu untuk meneliti dampak lingkungan dan sosial dari produk yang Anda beli. Cari jejak karbon perusahaan, praktik tenaga kerja, dan kesejahteraan hewan.
- Berusahalah untuk memilih produk dari bahan yang berkelanjutan (terbarukan dan dapat terurai secara hayati seperti kapas organik, rami, bambu, tencel, gabus, wol, dll.). Jika Anda perlu menggunakan plastik, mendaur ulang dan menggunakan kembali adalah cara yang tepat.
- Carilah sertifikasi dan label – seperti Fair Trade, Certified B Corporation, dan Organic – yang relevan dengan wilayah Anda.
- Pilih produk dengan kemasan minimal, gunakan tas dan wadah yang dapat digunakan kembali. Setelah selesai dengan produk, ambil jalur daur ulang dan pengomposan.
- Tahan keinginan untuk membeli secara impulsif.
- Dukung bisnis yang berbagi nilai keberlanjutan dan tanggung jawab sosial Anda.
- Mendidik orang lain tentang pentingnya conscious consumerism dan dampaknya terhadap dunia.
Ini bukan daftar lengkap, jadi jangan ragu untuk menambahkan poin Anda sendiri yang selaras dengan tujuan keseluruhan.
Kesimpulan
Conscious consumerism tidak dapat disangkal mendapatkan momentum. Dapat diasumsikan bahwa lebih banyak orang akan mendapat informasi yang cukup untuk memprioritaskan keberlanjutan dan tanggung jawab sosial saat membuat keputusan pembelian. Jadi, bisnis perlu beradaptasi.
Jika Anda berada di persimpangan untuk menerapkan praktik yang lebih berkelanjutan, tempat terbaik untuk memulai adalah mengurangi limbah, menggunakan energi terbarukan, dan mempromosikan praktik ketenagakerjaan yang etis. Anda juga dapat mengalihkan perhatian Anda ke ekonomi sirkular dan investasi berdampak.
Pada skala global, tantangan lingkungan dan sosial mungkin akan tetap ada, dengan perubahan iklim, penipisan sumber daya, dan ketidaksetaraan menjadi masalah utama. Tetapi masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan mungkin dapat dicapai. Itu hanya membutuhkan cukup banyak orang untuk berkumpul dan bekerja menuju tujuan bersama ini.
Sumber:
Conscious consumerism: Understanding the dilemmas of today’s consumer, Deloitte
Informed decision-making is changing the shopping journey, Think With Google
Rise of the inclusive, sustainable consumers, McKinsey
Do consumers care about sustainability & ESG claims? McKinsey and NielsenIQ