Titik masuk (entry) dan keluar (exit) adalah dasar dari setiap strategi trading. Banyak pemula fokus pada titik keluar karena mereka percaya hanya penutupan perdagangan yang berhasil yang akan membawa keuntungan. Namun, titik masuk yang efektif juga penting.
Menurut statistik, kurang dari 10% trader berhasil dalam bisnis trading. Penyebabnya karena keengganan mereka untuk belajar cara berdagang.
Di bawah ini Anda akan menemukan tiga indikator efektif untuk mengidentifikasi titik masuk pada tahap awal.
1. Alligator
Indikator Alligator adalah salah satu indikator yang diciptakan oleh Bill Williams, seorang trader terkenal dan salah satu pelopor teori psikologi pasar. Pernahkah Anda mendengar tentang Awesome Oscillator dan Market Facilitation Index? Dia jugalah pengembangnya.
Indikator Alligator terdiri dari tiga smoothed moving averages (SMMA) yang digeser ke depan oleh sejumlah bar tertentu yang mengikuti tren: ketika ketiga garis terjalin, harga berkonsolidasi; segera setelah pasar memasuki tren yang kuat, garis menyimpang.
Setelah SMMA tercepat menembus di atas rata-rata bergerak lainnya, itu adalah sinyal beli (1), karena Alligator memberi tahu trader bahwa harga akan bergerak dalam tren naik. Setelah SMMA tercepat jatuh di bawah rata-rata bergerak lainnya, itu adalah sinyal jual (2), karena indikator tersebut memberi tahu trader bahwa harga akan bergerak dalam tren turun.
2. Stochastic oscillator
Stochastic oscillator adalah indikator momentum yang mengukur kekuatan harga. Indikator ini terdiri dari dua garis yang bergerak dalam kisaran 0-100.
Indikator menyediakan tiga sinyal masuk:
- Crossovers (Bersilangan). Indikator ini memiliki dua garis– %K dan %D. Jika %K jatuh di bawah %D, maka itu merupakan sinyal jual (1). Kebalikannya, sinyal beli ketika %K berada di atas %D. Sinyal ini lebih kuat masing-masing dalam area overbought dan oversold.
- Kondisi overbought/oversold. Ketika osilator berada di atas 80, maka aset tersebut menjadi overbought. Karenanya, harga kemungkinan akan turun sesaat setelah stochastic berubah ke bawah 80. Saat oscillator berada di bawah 20, maka aset menjadi oversold. Harga diharapkan naik segera setelah indikator naik di atas 20 (2).
- Divergensi. Ada empat jenis divergensi. Anda dapat memeriksanya dalam grafik di bawah ini (3).
3. Relative strength index (RSI)
Relative strength index(RSI) sering dibandingkan dengan Stochastic oscillator. Sebenarnya, keduanya merupakan indikator momentum yang memberikan sinyal serupa kecuali untuk persilangan. Namun, mereka dihitung secara berbeda. Oleh karena itu, mereka memberikan sinyal yang berbeda.
RSI terdiri dari satu garis yang bergerak dalam kisaran 0-100. Sinyal utamanya adalah:
- Kondisi overbought/oversold. Saat indikator berada di atas 70, pasar overbought, dan trader memperkirakan harga akan segera turun. Ketika RSI turun di bawah 70, itu adalah sinyal jual. Saat indikator di bawah 30, pasar oversold, dan harga diperkirakan akan segera naik. Kenaikan RSI di atas 30 dianggap sebagai sinyal beli (1).
- Divergensi. Sinyal divergensi sama dengan stochastic oscillator (2).
Kesimpulan
Untuk menemukan poin masuk yang andal dan juga titik keluar yang efektif, Anda dapat menggunakan indikator-indikator yang disebutkan di atas. Gali lebih dalam lagi dan berlatihlah untuk menentukan bagaimana alat ini dapat membantu Anda keluar dari pasar pada tingkat terbaik. Namun, Anda harus ingat bahwa tidak ada indikator yang sempurna, dan mungkin, salah satunya dapat memberikan peringatan yang salah. Oleh karena itu, Anda harus selalu menggabungkan sinyal dari 2-3 alat analisis teknis untuk mengidentifikasi titik masuk dan keluar.
Sumber:
What Is the Williams Alligator Indicator and How Do You Trade It?, Investopedia
Relative Strength Index (RSI), CFI