Richard Dennis adalah seorang trader tenar di sekitar tahun 80an. Dia percaya bahwa trading merupakan kemampuan yang dapat dipelajari dan dikuasai dengan mudah. Partnernya yang bernama William Eckhart sayangnya tidak berpikiran sama. Menurutnya, kesuksesan yang diraih Dennis murni bakatnya. Itulah yang menjadi awal mula tercetusnya strategi Turtle trading.
Eksperimen Turtle
Pada tahun 1983, Dennis memutuskan untuk mengakhiri debat dengan menciptakan eksperimen Turtle yang dikenal hingga sekarang. Dennis sendiri yang melatih para peserta pada eksperimennya selama dua minggu. Dia mengajari mereka cara bagaimana melakukan strategi Turtle Trading.
Dennis menyebut murid-muridnya turtle atau “penyu” karena dia dengan percaya diri dia mampu mengajari mereka memelihara cara trading dan membantunya berkembang layaknya pemelihara penyu di Singapura.
Tidak sulit bagi Dennis untuk mencari peserta untuk eksperimennya. Orang-orang akan datang berbondong-bondong untuk berguru kepada ahlinya. Tidak ada yang tahu kriteria pemilihannya, tapi Dennis memilih 14 “penyu” untuk percobaan putaran pertama.
Apa itu strategi Turtle Trading?
Turtle trading berdasarkan pembelian saham atau kontrak selama breakout dan penjualan cepat pada pullback/penurunan harga yang mencari breakout upside dan downside.
Denis ingin membuat strategi mekanis dimana para trader tidak harus bergantung dengan “perasaan” mereka melainkan cukup dengan mengikuti aturan yang ketat. Para peserta eksperimen dilatih untuk mematuhi aturan tersebut, dan apabila mereka berhasil, mereka akan diberikan modal nyata.
Para penyu dilatih untuk menerapkan strategi mengikuti tren dalam trading. Maksudnya adalah untuk mengajari bahwa “tren adalah teman”. Trader yang termotivasi membeli kontrak berjangka menembus upside rentang trading dan menjual break out short downside. Itu artinya mereka menggunakan yang tertinggi empat minggu yang baru sebagai indikator masuk dalam trading praktis.
Aturan strategi Turtle trading
Dennis menjaga kerahasiaan aturan Turtle trading selama bertahun-tahun, dan beberapa hak cipta untuk melindunginya. Dalam The Complete Turtle Trader: The Legend, the Lessons, the Results (2007), si penulis, Michael Covel memaparkan beberapa wawasan dan informasi tentang aturan dalam Turtle trading:
- Buatlah keputusan trading dengan menganalisa harga dan bukan hanya bergantung pada informasi dari tv atau koran.
- Ubah trading Anda. Pertahankan fleksibilitas saat mengatur parameter sinyal jual beli Anda. Coba berbagai parameter di berbagai pasar untuk mencari tahu yang terbaik menurut sudut pandang Anda.
- Rencanakan jalan keluar bersamaan dengan rencana masuk. Tetapkan stop-loss Anda sebelum masuk posisi, sehingga jelas kapan Anda harus mengumpulkan keuntungan Anda. Rencana ini dapat membantu mengurangi kerugian.
- Hitung volatilitas dari setiap trading Anda dan gunakan hasil perhitungannya untuk menentukan ukuran posisi Anda. Pertahankan posisi yang lebih besar di pasar yang kurang bergejolak dan kurangi eksposur Anda ke pasar yang paling bergejolak.
- Tidak peduli seberapa menggiurkannya trading bagi Anda, jangan pernah mempertaruhkan lebih dari 2% kepemilikan Anda dalam satu perdagangan.
- Seiring dengan keuntungan yang besar, rasakan juga kerugian dengan ukuran yang sama.
Catatan! Turtle trading adalah strategi untuk mengikuti tren yang digunakan oleh trader untuk memanfaatkan momentum berkelanjutan.
Apakah strategi Turtle trading terbukti berhasil?
Menurut seorang mantan partisipan atau yang disebut “penyu”, bernama Russell Sands, dua kelas yang dilatih secara pribadi oleh Dennis secara kolektif telah menghasilkan jumlah yang signifikan untuk lima tahun ke depan. Dennis membuktikkan perkataannya bahwa siapapun bisa sukses dalam trading. Menurut Sands, ilmu tersebut masih valid sampai sekarang.
Tiap trader bisa menggabungkan aturan dengan strategi Turtle trading. Tujuannya adalah untuk membeli breakout dan menjual dengan cepat saat harga turun atau terbalik. Di bawah sistem ini, prinsip yang sama digunakan untuk melakukan short trading karena setiap pasar dapat mengalami tren naik dan turun. Kerangka waktu apapun dapat digunakan untuk sinyal entri; namun, sinyal keluar harus lebih pendek untuk memaksimalkan trading yang menguntungkan.
Namun, dibalik itu semua, strategi Turtle trading juga tetap memilik kekurangan, yaitu sistem yang sangat bergantung pada breakout, yang mana bisa jadi gerakan palsu, mengakibatkan kerugian yang besar. Dengan demikian, Anda mungkin akan memprediksi dengan benar sebanyak 40-50% saja.
Strategi “Turtle soup”
Strategi Turtle hadir dengan risiko kerugian sebagai akibat false breakout sebagai kekurangannya. Untuk menanggulanginya, Linda Bradford-Raschke mencetuskan strategi bernama “Turtle soup” sebagai antidot.
Sinyal beli yang ditentukan oleh strategi ini adalah:
- Harga mencapai titik terendah baru dalam 20 hari. Semakin rendah harga jatuh di bawah rendah sebelumnya, semakin tinggi perkiraan risiko/imbalan untuk sinyal ini.
- Harga terendah dalam 20 hari terakhir seharusnya terjadi setidaknya empat hari yang lalu pada grafik harian.
- Entri harus sekitar 5-10 sen lebih tinggi dari level terendah 20 hari terakhir. Ini adalah sinyal bagus bahwa harga telah berbalik arah dan tidak akan turun ke tren. Entri ke dalam perdagangan harus dilakukan dalam satu hari setelah sinyal terdeteksi.
- Level stop-loss harus ditetapkan saat masuk ke perdagangan. Level ini seharusnya hanya beberapa sen lebih rendah dari hari masuk.
Sinyal short selling dari strategi ini adalah:
- Harga mencapai tertinggi baru dalam 20 hari. Semakin tinggi harga naik di atas level tertinggi terakhir, semakin tinggi prediksi risiko/imbalan untuk sinyal ini.
- Tertinggi 20 hari terakhir seharusnya terjadi setidaknya empat hari yang lalu.
- Entri short-selling harus 5-10 sen di bawah level tertinggi 20 hari terakhir. Keadaan ini menunjukkan bahwa harga telah berbalik arah dan tidak akan cenderung lebih tinggi. Sekali lagi, sinyal masuk hanya berlaku untuk satu hari.
- Level stop-loss harus ditetapkan beberapa sen di atas harga tertinggi hari entri.
Linda Bradford-Raschke membagi ilmunya tentang trading pada bukunya yang berjudul Street Smarts: High Probability Short-Term Trading Strategies. Anda dapat membelinya online atau mengunduh PDF nya untuk mempelajari lebih dalam tentang strategi “Turtle soup.”
Kesimpulan
Banyak trader menggunakan strategi Turtle saat trading Forex atau dengan platform TradingView. Strategi Turtle dibuat untuk memberi contoh bahwa pemula pun bisa melakukan trading asalkan dengan pelatihan yang baik. Pelajaran utama dari eksperimen ini adalah trading tidak berdasarkan perasaan. Strategi yang matang sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko dari prediksi salah dan memperbesar kesempatan meraup keuntungan dari trading.