Pasar sebelum krisis finansial tahun 2008 ternyata baik bagi banyak sektor konsumen. Penjualan pakaian meningkat sebesar 19%, mainan dan barang elektronik masing-masing naik sebesar 50% — semua dalam pasar yang datar (flat). Ini membuktikan bahwa pasar datar sekalipin dapat memberikan peluang yang menggiurkan kalau kamu tahu harus fokus dimana.
Dalam artikel pendek ini, kamu akan melihat perbedaan utama antara pergerakan arah dan osilasi pasif, serta bagaimana pasar terbentuk karena ini.
Bagaimana pasar menciptakan sebuah uptrend
Untuk trader rata-rata, sebuah aset pantas dibeli jika nilainya undervalue dan terlihat bisa menghasilkan keuntungan. Beberapa trader mencari Apple atau Microsoft berikutnya, yang akan meningkatkan kapitalisasi dan harga saham seiring dengan waktu. Dan jika mereka membeli saham ini rendah, mereka bisa menjualnya tinggi nantinya.
Jadi, peserta pasar mulai membeli, menggerakkan keseimbangan penawaran dan permintaan, dan akibatnya saham akan mulai naik. Beberapa trader bahkan tidak akan tahu kenapa mereka membeli; mereka hanya mengikuti orang-orang saja. Kumpulan orang-orang ini perlu keyakinan bahwa harga trading serta nilainya tidak setara — kesimpulan ini bisa datang dari kabar berita, para ahli, atau analisis mereka sendiri.
Kondisi dari sebuah pasar flat
Akan tetapi, setelah euforia awal, para investor dan trader bisa kehilangan rasa percaya diri mereka. Mereka akan sadar bahwa dasar perusahaan nya tidaklah bagus, atau nilai dari peningkatan saat ini tidak bisa dijustifikasi. Ketika beberapa pembeli tidak lagi mau untuk membayar penjual lebih banyak lagi, uptrend ini akan perlahan melambat, dan membuat harga nya bergerak di ruang sempit, yang bisa dianggap sebagai keadaan dasar dari pasar ini — yaitu datar.
Bagaimana pasar membentuk sebuah downtrend
Keseimbangan antara pembeli dan penjual tidak akan bertahan selamanya. Pada akhirnya, aset nya akan menjadi overvalue atau undervalue (trading akan mulai lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai intrinsic nya). Ini tergantung dari golongan mana yang menjadi lebih kuat: pembeli atau penjual.
Menariknya, sebuah downtrend (pola pergerakan harga saham di pasar yang terus menurun) dapat terjadi dalam rentang waktu manapun dan dalam kondisi volume trading apapun. Biasanya, kejatuhan volume trading rata-rata bertepatan dengan downtrend karena investor tidak begitu tertarik dengan saham yang menurun. Akan tetapi, harga yang jatuh bisa dipasangkan dengan volume yang lebih tinggi selama terjadinya berita negatif sebuah perusahaan yang menarik banyak perhatian.
Maka dari itu, jangan melihat volume—lihatlah harga penutup. Jika sebuah uptrend (pola pergerakan harga saham di pasar yang terus menaik) mulai mengatur ketinggian harga yang semakin rendah, ini bisa jadi tanda terbentuknya downtrend. Tunggu konfirmasi dari sebuah indikator, lalu bertindaklah sesuai kondisi nya.
Kesimpulan
Jika kamu adalah sebuah investor swasta, kamu harus beradaptasi dengan kondisi pasar yang berbeda. Pastinya, kamu bisa menjadi pencipta pasasr jika kamu punya modal cadangan berjuta-juta dolar serta sertifikat yang dibutuhkan. Akan tetapi, solusi yang lebih mudah dijalani adalah dengan mempelajari bagaimana bertindak dalam uptrend, downtrend, dan pasar datar. Gunakan pengetahuan ini dalam analisis teknikal, prediksi pasar, dan ketika membuka posisi baru.